obat penggugur kandungan


obat penggugur kandungan sekarang ini banyak digunakan kalangan remaja yang hamil diluar nikah. Hal ini sudah dilakukan semenjak beberapa tahun terakhir bukan hanya di Indonesia saja melainkan di berbagai Negara lain. Ada beberapa jenis obat yang sering digunakan untuk melakukan aborsi namun yang paling banyak digunakan adalah Misoprostol dan Mifepristone. Kedua obat tersebut paling sering digunakan karena tingkat resiko kematiannya lebih rendah daripada yang lain. Itulah kenapa dalam bidang medis FDA membolehkan penggunaan kedua jenis obat tersebut yang terbilang lebih aman. Selain kedua obat tersebut, Viagra dan Penisilin merupakan obat lain yang sering digunakan, namun karena tingkat kematiannya cukup tinggi, kedua obat tersebut tidak dianjurkan.

Meskipun demikian, apapun penggunaan obatnya, aborsi tetap saja tidak seharusnya dilakukan karena selain dapat membunuh bayi juga bisa membahayakan nyawa Ibu yang mengandung. Penggunaan obat aborsi memberikan berbagai efek samping yang dapat membahayakan kesehatan dan masa depan pelaku aborsi.

Efek Samping Aborsi

Aborsi dilakukan pada usia kehamilan yang berbeda-beda dan tiap usia kehamilannya memberikan dampak yang berbeda pula. Jika aborsi dilakukan pada usia kandungan kurang dari satu setengah bulan maka diperlukan adanya perawatan medis secara intensif sebanyak dua persen. Semakin lama usia kehamilan saat melakukan aborsi, maka semakin banyak pula persentase perawatan intensif secara medis yang diperlukan. Hal ini berhubungan dengan rusaknya organ reproduksi yang harus dipulihkan dan disembuhkan.

Salah satu hal yang paling sering terjadi saat melakukan aborsi adalah munculnya pendarahan. Hal ini terjadi terutama pada mereka yang menggunakan obat aborsi karena proses aborsi akan terjadi melalui vagina. Pendarahan sebenarnya wajar mengingat obat yang dikonsumsi membuat rahim bekerja mengeluarkan embrio melalui vagina. Akan tetapi, jangka waktu pendarahan tersebut bisa berbeda-beda antara wanita satu dengan yang lainnya.

Aborsi yang sempurna dan berhasil dilakukan akan menimbulkan efek samping dan dampak tersendiri, begitu pula jika aborsi kurang berhasil. Meskipun satu obat aborsi bisa digunakan pada orang lain dengan sempurna belum tentu obat tersebut bisa digunakan dengan sempurna pula pada pengguna yang lainnya. Terlebih lagi jika menggunakan obat, kasus resiko kegagalan pasti ada. Jika aborsi tidak berjalan lancar, maka sebaiknya pelaku aborsi harus segera ditangani oleh dokter karena dikhawatirkan adanya komplikasi munculnya penyakit atau yang paling buruk adalah resiko kematian.

Salah satu penyakit yang mengintai para pelaku aborsi adalah radang panggul. Aborsi dengan menggunakan pil beresiko menimbulkan radang panggul dimana salah satu gejalanya adalah rasa nyeri pada panggul. Penyakit ini dapat mengurangi kesuburan wanita karena letaknya berada di panggul.

Efek samping paling berat terjadi pada sisi psikologis pelaku aborsi dimana pengalaman menggunakanobat aborsi akan membuat mereka mudah depresi karena rasa bersalah. Rasa bersalah tersebut secara emosional membuat mereka menjadi sangat sensitif bahkan terkadang muncul rasa ingin bunuh diri. Wanita yang sudah melakukan aborsi hampir tidak bisa lagi berpikir positif karena pengalaman yang pernah dialaminya tersebut.

Semua efek samping yang terjadi tersebut dapat menimbulkan resiko yang lebih tinggi lagi yaitu kematian. Melakukan aborsi adalah salah satu penyebab utama kematian pada wanita. Hal ini karena terjadinya pendarahan yang pasti akan terjadi setelah menggunakan obat aborsi. Pendarahan tersebut dapat memicu infeksi yang kemungkinan pada awal kemunculannya tidak diketahui sehingga tidak ada penanganan yang semestinya.

Hal-Hal yang Perlu Diketahui

Obat aborsi bekerja dengan cara memicu kontraksi pada rahim. Hal ini dikarenakan adanya zat kimia di dalam obat menyebabkan terjadinya kontraksi. Sebenarnya obat aborsi tersebut juga digunakan pada proses persalinan pada kehamilan yang sudah melewati waktu bersalin. Akan tetapi penggunaan obat tersebut juga harus pada dosis yang sesuai dan hanya boleh digunakan oleh dokter kandungan atau bidan karena obat tersebut harus diawasi reaksinya.

Yang menjadi masalah saat ini adalah banyaknya remaja yang menggunakan nama obat penggugur kandungan Misoprostol dan Mifepristone  karena kehamilan diluar nikah. Kondisi rahim remaja terbilang belum sempurna dan penggunaan obat aborsi dapat menimbulkan pendarahan dan infeksi pada rahim bahkan dapat juga merobeknya. Jika hal itu terjadi maka akan timbul resiko kemandulan atau bahkan kanker rahim. Yang lebih buruk lagi, kematian dapat terjadi saat pendarahan yang terjadi sangat tinggi. Itulah kenapa penggunaan obat aborsi pada remaja sangat tidak dianjurkan. Bukan hanya remaja saja, namun siapapun hendaknya tidak menggunakan obat dengan tujuan menggugurkan kandungan karena bisa membahayakan kesehatan dan jiwa.

Perlu diketahui bahwa tidak semua kehamilan berada di dalam rahim karena beberapa kasus kehamilan terjadi di luar rahim. Untuk mengetahui apakah kehamilan berada diluar atau didalam rahim perlu dilakukan adanya USG. Kehamilan jenis ini dapat membahayakan wanita karena bisa terjadi nyeri dan pendarahan. Jika jenis kehamilan ini digugurkan maka bisa beresiko pada kematian wanita. Itulah kenapa saat hamil pertama harus dicek dan diperiksa untuk memastikan keadaan bayi berada di dalam rahim.

Biasanya wanita yang ingin menggugurkan kandungan melakukannya saat kehamilannya masih muda karena terbilang lebih aman dan beresiko lebih rendah. Akan tetapi dalam kasus menggugurkan kandungan keamanan itu tidak pernah ada. Selalu ada resiko yang terjadi. Berapapun usia kandungannya, selalu ada efek samping setelah menggugurkan kandungan. Bukan hanya secara fisik namun juga secara psikologis. Itulah kenapa seks diluar nikah seharusnya tidak dilakukan dan dihindari agar kehamilan dan aborsi tidak terjadi.

Beberapa kasus remaja atau wanita yang sudah pernah melakukan aborsi sebaiknya memeriksakan kandungannya ke dokter atau bidan untuk mengetahui keadaannya lebih lanjut. Jika sudah terlanjur terjadi, maka hal yang harus dilakukan adalah tidak mengulanginya kembali. Jika belum terjadi maka usahakan untuk tidak melakukannya demi keselamatan diri. Aborsi dapat merusak masa depan remaja karena adanya pengaruh fisik dan mental yang terjadi setelah melakukannya.

Ada kalanya proses pengguguran kandungan mengalami kegagalan karena beberapa jenis janin cukup kuat untuk menahan adanya kontraksi di dalam rahim. Jika demikian, maka sebaiknya kehamilan dilanjutkan. Hal ini justru lebih baik untuk wanita yang mengandung karena tidak adanya resiko pendarahan. Akan tetapi, selanjutnya kandungan harus diperiksa untuk memeriksa keadaan janin dan memastikan bahwa bayi tidak mengalami cacat karena efek obat tersebut. Jika terjadi kecacatan maka sang Ibu juga harus lapang dada menerimanya karena hal itu terjadi karena percobaan aborsi.

Proses aborsi yang berhasil juga bisa menimbulkan infeksi yang bisa ditandai dengan munculnya demam. Infeksi pada rahim juga dapat berakibat pada kemandulan. Pemeriksaan lebih lanjut harus dilakukan untuk mengetahui keadaan alat reproduksi. Dengan banyaknya bahaya tersebut, maka sebaiknya aborsi benar-benar harus dihindari. Untuk menghindari aborsi, seks diluar nikah lah yang terlebih dahulu harus dihentikan. Lakukanlah seks di dalam pernikahan agar penggunaan obat aborsi tidak perlu dilakukan.


Créez votre site web gratuitement ! Ce site internet a été réalisé avec Webnode. Créez le votre gratuitement aujourd'hui ! Commencer